Subject: Dili in crisis of medicines
Date: Sun, 20 Sep 1998 18:41:58 +0700
From: "Leonardo J. Rimba" <leorimba@rad.net.id>

Title: Dili in crisis of medicines [Dili Krisis Stok Obat] Source: Kompas Date: September 20, 1998 Type: Translation, Summary

Supply of medicines at the municipal general hospital in Dili is running out. Current supply is estimated to last until November 1998. This has been caused by the 300 % to 500 % increase of medicine prices lately while the annual budget for the hospital has remained the same. The Ministry of Health in Jakarta has been notified about this condition.

Almost all of the patients receiving treatments at the hospital have come with recommendation letters from their village heads which say that they belong to the poor families. As such, they are entitled to receive treatments free of charge.


Here is the original, complete text:

Dili, Kompas Stok obat pada rumah sakit umum pemerintah di Dili(Timtim) terancam habis. Persediaan yang ada diperkirakan cuma sampai bulan November 1998. Ini disebabkan keterbatasan anggaran pengadaan obat dan hampir semua pasien RSUP, terpaksa dilayani dengan pengobatan cuma-cuma berdasar surat keterangan dari aparat desa tentang kesulitan ekonomi keluarga.

Pejabat Sementara (Pjs) Kepala RSUP dr Budi Mulyono, Sabtu (19/9) menjelaskan, kalau tak ada pengadaan obat dari Pusat, rumah sakit itu benar- benar kehabisan stok. Anggaran pengadaan obat tahun 1998/ 1999 sama seperti tahun 1997/ 1998, sekitar Rp 7 milyar - Rp 10 milyar, sementara harga obat-obatan telah melonjak hingga 300-500 persen.

Keterbatasan anggaran ini, membuat pihak rumah sakit kesulitan mengatur menu makanan pasien. Harga bahan makanan juga melambung lebih dari 300 persen. Kondisi ini diperparah oleh ketidakberdayaan para pasien membiayai rawat inap. Sesuai kebiasaan, pasien yang tidak mampu membayar dikhususkan di kelas III B tetapi saat ini hampir semua pasien minta agar dibebaskan dari segala beban biaya.

Sejumlah pasien mengaku lebih suka berobat di RSUP Dili dengan harapan mendapat pengobatan gratis. Bukti tidak mampu, para pasien ini meminta surat keterangan tidak mampu dari aparat desa setempat. "Banyak orang mengeluh pelayanan di RSUP kurang baik, rumah sakit kotor dan sebagainya, tetapi kami senang berobat di sini karena tidak ada biaya," kata Mozes seorang pasien TBC di rumah sakit itu.

"Semua masalah ini kami sudah laporkan ke pihak Departemen Kesehatan di Jakarta. Moga-moga mereka segera membantu mengatasi kendala ini," kata Budi.

Back to September Menu
Back to Main Postings Menu & Site Search Engine